PANCASILA GURU TERBAIK MAHASISWA
Badriatus
Soleha
Terjadi pergeseran
paradigma, mahasiswa Indonesia menjadi sorotan utama publik dalam pembangunan. Mereka
dituntut untuk berpartisipasi aktif dalam aktivitas negara. Mereka sering
disebut sebagai inspirator kebangkitan Indonesia karena mereka memiliki
semangat untuk menciptakan perubahan menuju idealita bangsa. Bahkan, dalam
sejarah Indonesia mahasiswa dikenal sebagai pahlawan reformasi pada masa orde
baru. Namun, sangat ironis menyaksikan bobroknya moral mahasiswa Indonesia saat
ini. Mereka tidak mampu memaknai nama mahasiswa yang mereka sandang. Runtuhnya
nilai-nilai pancasila menjadi titik tolak perubahan moral mahasiswa. Terdapat
tiga hal yang menjadi landasan untuk memperbaiki moral mahasiswa Indonesia.
Pertama, berkaca pada peran mahasiswa dalam pembangunan semasa reformasi, kedua
menjadikan pancasila sebagai guru dan pembimbing moral mahasiswa, ketiga
mengaplikasikan nilai-nilai pancasila dan memerankannya dalam pembangunan
negara.
Eksistensi Mahasiswa dan Pancasila di Era Reformasi
Pembangunan negara
merupakan kegiatan yang telah diamanatkan kepada seluruh rakyat. Mereka
memiliki tugas dan kewajiban untuk ikut serta dalam pembangunan negara. Amanat
ini telah disampaikan dalam pembukaan UUD 1945, yang berbunyi “melindungi segenap bangsa dan seluruh
tumpah darah indonesia memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa, serta melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial”.
Pada
masa pra reformasi menekankan pada kekuasaan politik. Hal ini dikuatkan dalam
Trisakti yang berbunyi, “kedaulatan dalam
politik, berdikari dalam bidang ekonomi dan berkepribadian dalam bidang sosial
budaya”. Politik memegang dalam segala urusan negara termasuk pembangunan.
Selama tiga puluh dua tahun masa orde baru tidak menimbulkan perubahan yang
signifikan. Hal itu mengakibatkan runtuhnya moral bangsa, krisis ekonomi di
Indonesia dan pembangunan yang belum merata. Dampak itu dirasakan masyarakat
Indonesia hingga saat ini. Misalnya dalam krisis ekonomi di Indonesia
mengakibatkan hutang Indonesia menumpuk hingga saat ini. Ironisnya, hutang tersebut
sudah harus ditanggung oleh bayi Indonesia yang baru lahir.
Masa order baru
Pemerintah memiliki motif yaitu menjadikan Pancasila pada posisi pembenar rezim
otoritarian dibawah kepemimpinan Soeharto. Ideologi sangat diperlukan orde baru
sebagi alat untuk membenarkan dan memperkuat keotoriteran negara. Soeharto berambisi
untuk menguasai negara melalui ideologi negara. Maka dari itu Pancasila
disosialisasikan sebagai suatu doktrin dalam diri rakyat Indonesia untuk
memberikan suatu keabsahan atas segala tindakan pemerintah yang berkuasa pada
saat itu.
Meskipun
demikian, mahasiswa hadir sebagai inspirator pergerakan nasional sebagai wujud
momentum perubahan bangsa. Mahasiswa menyatukan satu suara mewujudkan demokrasi
Indonesia dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Terbukti adanya tragedi
trisakti yang mengisahkan sejarah peradaban Indonesia masa orde baru dan
reformasi. Mahasiswa yang memiliki moral dan berjiwa pancasila berhasil
menumpas kekuasaan politik pada masa orde baru. Kebebasan pers diberlakukan
sebagai wadah suara rakyat. Hadirnya reformasi, pembangunan Indonesia lebih
terkontrol. Pemerintahan pada masa ini menyerahkan wewenangnya kepada
Pemerintahan Daerah untuk merencanakan, melaksanakan pembangunan negara secara
terpadu. Sehingga rakyat dapat menentukan pembangunan yang mereka inginkan.
Nama
mahasiswa mulai dikenal baik dikalangan masyarakat Indonesia pada umumnya.
Meskipun, tragedi trisakti yang meninggalkan duka amat mendalam bagi mahasiswa
Indonesia pada khususnya, namun moral mahasiswa pada saat itu patut dicontoh
untuk mahasiswa saat ini. Mahasiswa yang selalu kritis terhadap keadaaan sosial
ekonomi negaranya. Bukan hanya kritis, namun mereka rela turun ke jalan untuk
mencari perubahan dalam hal keadilan. Mahasiswa yang tidak hanya protes
hura-huru semata, namun memberikan solusi yang logis dan baik jika diterapkan
di Indonesia. Mahasiswa pada masa itu, merasa tidak pantas disebut sebagai
mahasiswa jika mereka hanya berdiam diri di rumah atau menyaksikan melalui
televisi berita-berita kekacauan negaranya. Sikap dan loyalitas itulah yang
menjadikan eksistensi mahasiswa pada era reformasi patut untuk diteladani.
Tantangan Kekinian Pancasila
Cerita
pembangunan negara di era orde baru dan era reformasi menjadi sebuah sejarah.
Sejarah menjadikan generasi bangsa terus berkaca atas pengalaman tempo dulu. Dalam
sejarah perjalanan bangsa, yang menjadi pemersatu kerukunan bangsa adalah
nilai-nilai yang tumbuh, hidup dan berkembang dalam kehidupan masyarakat.
Nilai-nilai ini menjadi motivasi dan pendorong untuk mencapai tujuan yang
dicita-citakan. Nilai-nilai tersebut tidak lain adalah sila-sila yang
terkandung di dalam pancasila.
Namun
pada saat ini bangsa Indonesia sedang menghadapi tantangan walaupun sudah lebih
satu dasawarsa reformasi berjalan. Objek Tantangan tersebut adalah mahasiswa.
Mahasiswa digadang-gadang akan menjadi generasi penerus bangsa, dan mampu
menjadikan Indonesia sebagai negara yang tangguh karena dipenuhi orang-orang
yang kritis dan realistis. Kebobrokan moral mahasiswa terjadi diseluruh pelosok
negeri. Moral yang beretika dan berkarakter yang bermoral seharusnya
membuat mahasiswa Indonesia menjadi
generator dan penggerak perubahan bangsa. Namun ada beberapa faktor yang
membuat bobroknya moral mahasiswa saat ini.
Pertama,
nilai agama dan budaya tidak dijadikan sebagai sumber dalam etika sosial.
Penyimpangan sosial, budaya dan agama terjadi dimana-mana. Beberapa mahasiswa
tidak memperhatikan unsur-unsur budaya dan agama yang ada di kehidupannya.
Beberapa dari mereka yang berasal dari budaya asli Indonesia justru
terkontaminasi oleh budaya Asing yang baru mereka kenal. Pembelajaran yang
terjadi saat perkuliahan tidak mencerminkan adanya nilai budaya dan agama yang
dicerminkan oleh Pancasila. Integritas dalam diri mereka sangat lemah. Padahal
jujur merupakan wujud dari sila pertama Pancasila. Kejujuran akan membentuk
pribadi yang bermoral dan beretika. Tidak adanya nilai budaya dan agama sebagai
sumber dalam etika sosial tersebut membuat krisis akhlak dan moral mahasiswa.
Krisis tersebut diantaranya adalah ketidakadilan, pelanggaran hukum dan
pelanggaran hak asasi manusia.
Kedua,
sistem politik tidak berjalan dengan baik. Mengapa hal itu terjadi?. Banyak
penyelewengan sistem politik yang ada di Indonesia khususnya lingkup
perkuliahan. Sikap yang mencerminkan kolusi, korupsi, dan nepotisme diperkuat
dengan adanya kegiatan pemilihan pemimpin di lingkup perkuliahan. Banyak yang
tidak mementingkan kepentingan bersama diatas kepentingan pribadi. Pemilihan
ketua atau pemimpin didasarkan pada suka
atau tidak suka. Padahal pemilihan pemimpin harus didasarkan pada sifat amanah,
jujur, dan sifat pemimpin lainnya. Hal ini akan melahirkan pemimpin-pemimpin
yang tidak memiliki integritas yang tinggi, tidak memberikan teladan, dan tidak
memperjuangkan kepentingan masyarakat.
Selain
itu, cerminan benih korupsi sudah muncul dalam diri mahasiswa. Contoh kecil,
mahasiswa sudah pandai berbohong kepada orang tua mengenai keuangan di kampus.
Berbicara masalah keuangan mahasiswa misalnya pembelian buku mata kuliah yang
semula harganya murah menjadi mahal karena ulah dan perilaku korupsi dari
mahasiswa. Sungguh mengenaskan bukan, sifat dan perilaku korupsi sudah
dicerminkan dari hal sepele. Apalah daya sebuah negara, yang nantinya dipimpin
oleh pemimpin yang sudah memiliki perilaku korupsi. Meskipun, perilaku tersebut
hanya dilakukan sekali atau dua kali. Lalu bagaimana kabar perekonomian negara
ini, jika semut-semut kecil yang sering menggerogoti makanan negara tetap
merajalela di negara ini
Ketiga,
kurangnya pemahaman, penghayatan, dan kepercayaan akan keutamaan nilai-nilai
yang terkandung pada setiap sila dalam pancasila dan keterkaitan antara sila
satu dengan sila lainnya. Mereka hanya mengetahui sila-sila dan maknanya dalam
kehidupan sehari-hari. Namun dalam mengaplikasikannya sangat susah bagi mereka.
Mereka sering tidak mengamalkan secara konsisten disegala lapis dan bidang kehidupan
berbangsa dan bernegara. Hal ini sangat sulit untuk diperbaiki, karena dalam
hal pemahaman, penghayatan serta pengaplikasian nilai pancasila diperlukan niat
dan kesadaran dari masing-masing individu. Meskipun pemerintah dan pihak-pihak
terkait sudah berusaha memperbaiki, namun jika individu tidak memiliki niat
maka sulit untuk merubahnya.
Tantangan Pancasila sebagai
pandangan hidup negara, tidak lain adalah tantangan yang juga harus dihadapi
oleh bangsa negara. Rasa memiliki Pancasila sudah tumbuh dan berkembang bahkan
sudah mendarah daging pada setiap Warga Negara Indonesia. Rasa memiliki itu
seharusnya sudah mampu mengurangi beban dari tantangan Pancasila sendiri.
Mahasiswa yang digadang-gadang menjadi agen perubahan negara, hendaknya
memiliki rasa memiliki pancasila. Bukan sekedar memiliki nama Pancasila dan
menggantung sila-sila Pancasila di dinding, tapi memiliki berarti mampu
menjiwai, menghayati serta mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Mereka
sudah diajarkan mengenai pancasila beserta maknanya sejak sekolah dasar.
Seharusnya nilai-nilai pancasila juga sudah diaplikasikan sejak sekolah dasar
pula. Ironisnya, pancasila hanya terpampang pada dinding kuliah atau cover mereka saja.
Pancasila Jati Diri Bangsa
Pancasila
adalah dasar negara Indonesia. Tidak mudah membuat dasar negara yang nantinya
menjadi titik momentum keberhasila negara. Butuh sebuah pemikiran yang luar
biasa dalam membuat Pancasila. Sudah hampir 70 tahun Indonesia merdeka dan
sejalan dengan kemerdekaan Indonesia, Pancasila sudah dikatakan sebagai jati
diri bangsa yang akan diamalkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Banyak
kebobrokan moral terjadi dalam diri bangsa, diakibatkan tidak adanya perasaan
memiliki pancasila. Padahal, Pancasila tidak untuk dimiliki namun dijiwai.
Namun, setidaknya memiliki daripada tidak sama sekali. Eksistensi Pancasila
hingga saat ini tetap terpampang nyata. Bagi bangsa yang memiliki kepribadian
Pancasila, senantiasa mengamalkan nilai-nilai dalam pancasila. Jika Pancasila
senantiasa diaplikasikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara maka tidak
akan terjadi kebobrokan moral. Pancasila juga merupakan salah satu pilar dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara.
Sila
Ketuhanan Yang Maha Esa merupakan sila pertama dan utama yang mampu menaungi
keempat sila lainnya. Meskipun pada dasarnya sila pertama dan seterusnya
memiliki kaitan yang sangat erat. Misalnya, paham ketuhanan itu diwujudkan
dalam paham kemanusiaan yang adil dan beradab.
Dorongan nilai ketuhanan menjadikan bangsa untuk memiliki sikap dan
derajat kemanusiaan. Sehingga, perikehidupan dalam berbangsa dan bernegara
dapat terwujud dengan baik dalam struktur kehidupan yang adil dan demikian
kualitas peradaban bangsa dapat berkembang secara terhormat di antara bangsa.
Bukti
bahwa Pancasila jati diri bangsa adalah Pancasila mampu mengatasi beberapa
tantangan kekinian hidup berbangsa dan bernegara. Pancasila mengatasi beberapa
tantangan secara tidak langsung. Perang langsung dalam mengatasi tantangan
kekinian adalah individu. Individu yang bisa merasakan, individu juga yang
mampu merubah segala kebobrokan tersebut. Peran tersebut di wujudkan dalam
berbagai hal kehidupan.
Pertama,
menjadikan nilai agama dan nilai budaya bangsa sebagai sumber etika moral dalam
kehidupan bangsa dan negara dalam rangka untuk memperkuat akhlak dan moral
bangsa. Keyakinan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan dibentengi
dengan nilai budaya, akan mampu membuat orang berfikir dua kali untuk melakukan
hal yang tidak terpuji. Lingkup perkuliahan mahasiswa, keyakinan dan ketakwaan
kepada Tuhan Yang Maha Esa bisa dilakukan dengan beberapa kegiatan. Misalnya
kajian ibadah, kajian teori, unit kegiatan mahasiswa dan beberapa kegiatan
ibadah lainnya. Meskipun tidak semua dari mereka berminat untuk mengikuti
kegiatan agama tersebut. Namun, setidaknya beberapa dari mereka mencoba untuk
memahami dan mengaplikasikan khususnya sila pertama Pancasila tersebut.
Kedua,
menjadikan Pancasila sebagai ideologi negara yang terbuka dan transparan.
Sehingga mampu membuka wacana dan perbincangan di dalam masyarakat sehingga
masyarakat dan mahasiswa dapat menjawab segala tantangan sesuai dengan visi dan
misi Indonesia kedepannya. Lingkup perkuliahan, banyak mahasiswa yang
mengabaikan hal ini, akibatnya mereka malu dan sungkan dalam mengemukakan
pendapatnya dalam forum. Padahal kebebasan berpendapat sangat dijunjung tinggi.
Dengan menjadikan Pancasila sebagai sesuatu dasar yang terbuka dan transparan
maka tidak akan ada perilaku kolusi, korupsi dan nepotisme. Selain itu,
kerukunan akan terjalin dengan baik melalui dialog-dialog dengan prinsip saling
menghargai.
Ketiga,
meningkatkan sikap dan sifat berdasarkan Pancasila. Integritas yang tinggi
harus diperjuangkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Integritas
dianggap penting karena merupakan cerminan kepribadian Individu. Sikap individu
yang harus mendasar pada sila dalam Pancasila harus diaplikasikan. keyakinan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sikap yang menghargai adanya kemanusiaan dan
harkat martabat bangsa, sikap saling menghargai yang berujung persatuan
Indonesia, kekuatan demokrasi dalam Indonesia yang berazas kerakyatan, dan
keadilan sosial bagi seluruh rakyat di Indonesia. Jika semua aspek dalam
Pancasila sudah diaplikasikan, maka masalah dan tantangan yang dihadapi negara
dapat teratasi sehingga Indonesia akan menjadi negara yang berdaulat secara
politik, berdikari secara ekonomi dan berkepribadian secara sosial budaya.
Komentar
Posting Komentar